Langsung ke konten utama

Novel komedi "Jaka Bukan Perjaka"

Kaver novel Jaka Bukan Perjaka

Penampakan novel Jaka Bukan Perjaka di Gramedia Pejaten Village

"BAGI Jaka, Najwa adalah pelita hatinya. Maka apapun yang diminta oleh anak kecil berusia tujuh tahun itu pasti akan dituruti dengan sungguh-sungguh. Tak terkecuali saat Najwa meminta Jaka mencarikan ibu baru untuk dirinya. Nah lho?! Hiks!

Ini kisah tentang seorang duda kaya setengah geblek bernama Jaka. Takdir membawanya pada perjalanan paling ruwet dalam hidup: yakni mencarikan ibu baru buat anak semata wayangnya.

Namun apa daya, ternyata mencari istri baru itu tak semudah mencari kolor di tumpukan jemuran. Usaha demi usaha pun harus rela ditempuh Jaka demi membahagiakan sang anak mendapatkan ibu baru. Mulai dari ikutan acara reality show ‘Woy, Pilihlah Aku!’ yang presenternya Chiko Simatupang, kejebak cinta cewek tukang pijat, diporotin cewek matre kenalan di facebook, sampai nyasar ke lokalisasi ‘plus-plus’ gara-gara nomor hape yang dikasih Najwa.

Nggak cuma sampai di situ, Jaka juga harus ekstra sabar ketika Najwa dan Bi Juju (pembantunya) mendandaninya jadi perempuan jadi-jadian untuk mengikuti ‘Lomba Foto Ibu Dan Anak’. Astaga Gustiii! Jadi duda itu ternyata pahit, Jenderal!

Lalu, akankah mimpi Jaka yang ingin menikah di stadion sepakbola menjadi kenyataan ketika ia bertemu Kokom, gurunya Najwa yang sama-sama asli Sunda?! Lantas, apa hubungannya dengan Gayus Embun-Embunan?! Berhasilkah Jaka mendapatkan istri baru?!"

***

Setelah absen sekian lama nulis komedi, akhirnya saya nongol lagi. Huwah, rasanya seperti kupu-kupu yang berhasil keluar dari balutan kepompong. Legaaa!

***

Judul: Jaka Bukan Perjaka
Penulis: Irvan Aqila, dkk.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978602032452
Terbit: Desember 2015
Halaman: 200 lembar
Harga: Rp. 50.000,-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengintip Dapur Pengabdi Cilok (Bagian 1)

Kaver novel terbaru saya: Pengabdi Cilok (Gramedia Pustaka Utama, Februari 2018) “Bagi Bone, cilok adalah separuh jiwanya. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, harus berhubungan dengan cilok. Titik! Begitupun urusan nyari jodoh. Kalau cewek itu nggak jago bikin cilok, jangan harap bisa jadian sama Bone! Hihihi. Suatu hari, Bone berjumpa dengan sebungkus cilok di sekolah. Begitu dicicipi, emejing, rasa ciloknya juara banget! Edanlah pokoknya! Bone pun penasaran, siapa pemilik sekaligus pembuat cilok itu? Dengan dibantu temannya, Bone lalu mengadakan sayembara. Jika pemilik cilok ternyata cowok, bakal dikasih hadiah Iphone terbaru. Tapi, jika pemilik cilok ternyata cewek, bakal langsung dijadiin pacar sama Bone! Asyiik! Masalah jadi runyam ketika ternyata pembuat cilok itu janda beranak satu. Huwaaa! Jelas Bone jadi panik setengah mati. Apa kata dunia nanti? Bone pacaran sama emak-emak? Oh, tidaaak! Cilok membawa Bone pada kisah percintaan yang sungguh amburadul. Lan

Layaknya Bunga, Kita Memang Harus Bertumbuh dan Berkembang

Lebaran kali ini (2019), film yang paling saya tunggu adalah Ghost Writer besutan Bene Dion. Film ini bertema komedi horor, walau pada kenyataannya, sisi dramanya pun bisa dibilang cukup kental terasa. Sebelumnya, banyak yang keliru menyangka bahwa film ini adalah filmnya Ernest Prakasa. Padahal yang benar adalah Ernest justru di film ini bertindak selaku produser, bukan lagi sutradara seperti di film-film dia sebelumnya. Memang, pada perjalanannya, sebagai produser, Ernest juga banyak turut andil dalam proses editing pasca produksi. Namun, ketika ditanya, Ghost Writer itu film siapa? Ernest mantap menjawab bahwa GW adalah filmnya Bene Dion. Sekilas, film Ghost Writer bercerita tentang Naya yang harus pindah ke sebuah rumah tua bersama adiknya karena desakan ekonomi. Di rumah itu, Naya kemudian menemukan sebuah buku diari milik Galih, yang ternyata sudah meninggal, dan menjadi hantu penunggu rumah itu. Galih tidak terima buku diarinya dicuri. Akhirnya, demi sebuah proyek penu

Ratjoen Itu Bernama Materi dan Sanjung Puji

Gambar: http://www.portseo.web.id Beberapa pekan belakangan, jagad media sosial (terkhusus yang berkaitan dengan dunia literasi) ramai membahas kasus plagiarisme yang dilakukan seorang penulis (bolehlah dibilang muda) berinisial DE. Tidak tanggung-tanggung, puluhan cerpen dan beberapa novel (saya tidak punya data khusus, sumber hanya dari teman-teman penulis, pen)—yang hampir semua sudah dimuat di media massa dan terbit di beberapa penerbit nasional—terbukti hasil plagiat dari karya milik penulis lain. Entah apa motivasi dan alasan DE melakukan kejahatan ini, saya tak ingin membahasnya dalam tulisan ini. Yang jelas, bagi saya plagiarisme merupakan tindak kejahatan, sama seperti pencurian, korupsi, pemerkosaan, dan tindak kejahatan lain. Jika merujuk pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), plagiat memiliki arti pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya